Waktu saya SMP dulu (kira2 tahun 1988-an deh) saya punya acara TV favorit yaitu film seri "MacGyver". Saya suka banget dengan jalan ceritanya yang beda dari jenis2 jagoan yang ada yang biasanya memakai otot sebagai kekuatan utama. Si jagoan satu ini justru punya senjata lain yang ternyata jauh jauh lebih berbahaya dari senapan ataupun senjata lainnya. Dia bahkan benci banget memakai pistol untuk menundukkan lawan2nya. Senjata andalan dari sang jagoan ini adalah "OTAK".

Dulu sih saya menikmati filmnya hanya sebatas saya suka jalan ceritanya, suka dengan innocent facenya Richard Dean Anderson sang pemeran MacGyver dan juga suka dengan science yang diselipkan dialur ceritanya. Dulu banget saya punya cita2 jadi ilmuan (saya dulu pengen jadi ahli fisika nuklir, pengen nyaingin Marie Curie ceritanya he he he). Dengan film MacGyver ini saya jadi makin terinspirasi buat menekuni science seutuhnya.

Menginjak SMA saya punya sahabat pena dari Jerman, Julia Schaefer. Sampai saat inipun kami masih bersahabat. Kami berkorespondensi sejak zamannya ngirim surat lewat kantor pos sampai menginjak era email. Kami dulu mengikrarkan cita2 kami berdua, saya ingin jadi scientist dan dia ingin jadi guru.

Tapi ternyata jalan hidup saya bukanlah menjadi seorang scientist. Saat ini Julia adalah seorang guru di salah satu bagian negara Jerman; Bochum. Dia bisa menggapai impiannya dan bisa hidup bahagia dengan menjadi seorang guru seperti yang selalu dicita2kannya. Sementara saya ???

Back to MacGyver, okelah dulu saya tetap berfikir science itu indah dan menggoda. Dari Fisika Nuklir saya malah beralih ke Agronomi. Menurut saya waktu itu saya kan masih bisa jadi scientist tapi dalam koridor ilmu biologi. Ga pa pa lah...Tapi ternyata saya kok malah sukanya nulis puisi, ngarang cerpen dan novel sepanjang kuliah saya di IPB. Kemana hasrat menjadi scientist ?? Wah saya sampai nggak tahu kemana hilangnya cita2 menjadi scientist saya. Saya malah berubah haluan menjadi penulis amatiran yang karya2nya dibaca sesama mahasiswa sejurusan baik dibuletin kampus maupun pas boring selama jam2 perkuliahan. Saya malah sempat punya client loyal, he he he biasalah beberapa teman yang biasanya curhat ke saya dan hasil curhatannya saya ubah jadi berbagai puisi cinta. Wuih, mereka suka banget karena merasa saya bisa mengerti yang mereka rasakan karena bisa merangkai kepahitan ataupun kegilaan mereka akan cinta pada saat itu dan menuangkannya dalam bentuk puisi. Kalau saya komersilkan mungkin saya udah kaya kali ya karena hasil puisi2 saya buanyak bangets deh waktu itu.

Belajar dari MacGyver ternyata science itu nggak sesempit yang saya fikir sebelumnya kok. Scientist juga bukan berarti orang yang kemana-mana pakai jas lab dan nenteng2 mikroskop serta seharian nongkrong di lab. Makna scientist bagi saya kemudian berarti "orang yang berusaha menjadi pakar dalam salah satu disiplin ilmu tertentu dan sepanjang hidupnya selalu berjuang untuk mencari/menemukan yang belum ada, menyempurnakan yang sudah ada dan memanfaatkan apa yang ada pada dirinya untuk orang lain". Nggak apa2 saya nggak jadi scientist betulan asal saya teteup haus akan ilmu dan mau mengamalkan ilmu tsb sehingga bermanfaat buat orang lain. Dan saya mulai menjadi seperti MacGyver. Mulai memperhatikan apa aja yang ada di sekitar saya, memaksimalkan potensi yang ada di diri saya dan memanfaatkan apa aja yang ada disekitar saya untuk mendukung diri saya dalam mengatasi setiap hambatan yang ada. Merujuk idealisme dalam TDA bahwa kita nggak harus jadi hebat untuk memulai tapi harus memulai untuk jadi hebat, maka saya merasa harus memulai sesuatu dalam hidup saya.

Langkah awal saya, menseriusi bisnis kue kecil2an saya. Ini sebenarnya hanya sekedar hobi. Awalnya seneng aja membuat kejutan2 untuk keluarga dengan memanjakan lidah mereka. Tapi suami saya bilang, "Ma kamu kayaknya berbakat deh, mending diseriusin aja biar bisa jadi bisnis sampingan". Bakat ?? Wuih saya nggak merasa punya bakat di dunia tata boga walau sejak dulu senang masak karena saya menganggap bakat saya adalah jadi penulis seperti Sidney Sheldon atau Andrea Hirata (pede.com deh). Tapi setelah saya jalani kok enak juga ya, malah dunia perbakingan sekarang udah bikin saya addicted loh. Seminggu aja nggak bikin kue kayaknya tangan saya guatel pengen meluk oven hi hi hi.
Selain itu saya juga sedang asyik menggeluti dunia furniture alias mebel. Selama ini sih masih untuk orientasi ekspor tapi belakangan saya mulai melirik pangsa pasar lokal juga karena ternyata banyak yang mencari supplier untuk synthetic rattan dan banyak yang beranggapan itu produk import padahal asli buatan Indonesia boo. Bangga juga ketika melihat hasil karya anak bangsa ternyata begitu dicintai oleh orang luar.

Jadi jangan heran kalau cita2 saya kembali mengalami deviasi. Dari scientist jadi tukang masak dan tukang jualan mebel kedengerannya nggak nyambung tapi not bad at all kok. Karena ternyata memasak dan menjual produk mebel juga mengalami proses yang sama dengan saat saya melakukan penelitian di laboratorium yaitu proses "trial and error". Saya juga harus mencari banyak literatur dan study kasus untuk membuat produk saya punya nilai lebih. Jadi saya teteup jadi scientist juga kan ? (menghibur diri mode on).

Terus terang saya kembali belajar dari MacGyver bahwa kekuatan terbaik didunia ini bukan segala sesuatu diluar kita tapi justru ada di dalam diri kita, didalam otak kita. Dan manis banget loh pas tahu ternyata kita punya sesuatu yang tersembunyi yang ketika keluar ternyata 'dasyat'. Ga nyangka sebelumnya kalau kita bisa melakukan sesuatu yang tadinya kita pikir nggak banget deh.

Dan ternyata hasil karya saya bisa bikin nggak cuma saya aja tapi juga seluruh keluarga saya bangga. Thanks to MacGyver yang udah menginspirasi saya untuk percaya pada diri sendiri dan hasilnya MANIS banget lho semanis coklat centil saya.
(When I was in Junior High School, I had the most favorite serial TV, MacGyver. I loved the story that told us how to solve problems with brain instead of using muscles. MacGyver was so different with other heroes that we have ever known before.

Beside the story, I like science information that he taught us like physics, chemistry and biology. Actually at the past I wanna be a scientist. I have a penpal from Germany that has been being my pen pal for more than 15 years. She wanted to be a teacher and I want to be a scientist.

After years she is finnaly become a teacher but what about me ?? Yeach although tried hard to become a scientist but after all I couldn’t reach it. Even then I spent mostly of my time at the university for writings (writing poems, short story or novels). I thought then I should be being a writer instead of being a scientist.

From MacGyver I learnt much how to optimize my potential ability that might be buried during years. I learnt how to have large sights, how to using our potential ability, how to use our brain to solve our problems and how to believe in myself. He taught me that the biggest power was inside myself instead of the outside.

I know we don’t have to be great to start but have to start for being great. That’s why I decide to start to pay more attention in my business (culinary and furniture). I never thought that I have ability in baking if I never tried to make cake for my wedding anniversary on last August. I was so surprised with it after all. Yeach, baking and selling furniture are the things that have to follow the process named ‘trial and error’. I have to collected literature and have to fight in ups and downs to get the perfect results that I was hoping for. So I'm a scientist, aren't I ?

At this time I have so many things that I can sell to others, one of them is chocolate as pic. I will never made such a kind of food from my own hands if I never learnt to search my buried ability and believe in myself that I could make it.

After all that I’ve done I finally could feel the sweetest moment in my life, being ‘someone’ that always believe in myself. It’s really really nice and sweet as sweet as the chocolate of mine)

1 komentar:

flashbiz mengatakan...

Wah kayaknya mami perlu blog khusus untuk bikin cerpen / novel online nih. Apalagi kalo bisa bikin tulisan kayak Dan Brown, kereeeeennn deh.