Sahabat pena ? Mungkin istilah ini sekarang tak lagi banyak dikenal orang dan mungkin terkesan ketinggalan zaman banget kali yaa. Ketika kita memasuki masa dimana terjadi revolusi dalam dunia informasi dan teknologi maka waktu, jarak dan berbagai perbedaan menjadi sesuatu yang tak ada artinya. Tapi cobalah tengok ke belakang sesaat. Ke masa dimana waktu, jarak dan pelbagai perbedaan menjadi sesuatu yang amat membatasi. Tapi inilah hidup, berkembang menjadi sesuatu yang lebih baik atau buruk semua berpulang pada diri kita masing2.

16 tahun yang lalu saya tak akan pernah mengira bahwa sepucuk surat akan mengubah hidup saya. Terus terang 16 tahun yang lalu saya hanyalah anak perempuan kecil biasa yang hidup disebuah kampung kecil yang kini dikepung oleh beberapa hotel dan gedung pencakar langit di wilayah barat Jakarta. Saya memang hanyalah bocah biasa tapi memiliki impian yang tidak biasa, setidaknya begitulah yang terjadi pada masa itu.

Saya tergolong anak yang introvert dan pemalu bahkan cenderung minder. Kondisi ekonomi keluarga dan masa kecil yang tidak terlalu bahagia telah mencetak saya menjadi anak yang tegar dan rapuh pada saat yang sama. Menjadi anak yang pemalu dan begitu percaya diri juga pada saat yang bersamaan. Itulah gambaran pribadi saya 16 tahun yang lalu.

Menjadi pribadi introvert tentu bukanlah keinginan saya. Bagi saya akan lebih menyenangkan bila saya bisa mengekspresikan segenap perasaan saya secara verbal baik kepada keluarga, teman, guru maupun orang lain. Tapi saya hanya bisa mengungkapkan perasaan saya lewat tulisan dan menganggap kertas adalah sebuah kanvas tempat saya mengukir rangkaian kata dan melukis kebahagiaan dan kegetiran pada waktu bersamaan dan membaginya dengan orang lain.

Tahun 1993 ketika saya duduk di bangku SMA secara tak sengaja saya mengenal IYS (International Youth Service), sebuah klub sahabat pena internasional yang berpusat di Finlandia. Dari IYS-lah saya mendapatkan sederet nama sebagai calon sahabat pena saya. Dan setelah mengalami proses seleksi alam maka sahabat pena sejati saya hanya tinggal satu, Julia Schaefer dari Jerman.


Anda pasti punya sahabat kan ? Tapi memiliki sahabat pena berarti memiliki seseorang yang lebih dari sekedar sahabat. Memiliki sahabat pena adalah sebuah pengalaman yang amat menakjubkan buat saya. Persahabatan kami dimulai dengan sebuah kejujuran. Kami saling berbagi tentang jati diri kami dan saling menjaga kerahasiaannya. Kami melupakan soal perbedaan ras, perbedaan keyakinan, perbedaan bahasa, perbedaan tingkat sosial dan sejuta perbedaan lainnya. Kami selalu berbicara dengan bahasa yang sama, bahasa persahabatan.

Walau bahasa Inggris saya masih tergolong acak2an dan saya cuma tau 3 kata dalam bahasa Jerman; Ich Liebe Dich, tapi saya tetap PD dan nekat. Dan ternyata sang bule ini begitu ramah, baik hati dan tergolong very quick person in replying letter. Duh senengnya.

Selama 16 tahun persahabatan kami, kami belum pernah bertemu secara langsung, belum pernah mendengar suara kami masing2 tetapi kami selalu saling menantikan sepucuk surat yang kadang datang terlambat atau kadang hilang karena kesalahan pos. Ketika saya membaca ulang surat2 kami dulu ternyata cuma hal2 sepele yang jadi topik pembicaraan kami pada waktu itu. Namun entah kenapa dimasa itu tak ada yang sepele bagi kami. Setiap untai kata yang ia tulis merupakan sesuatu yang tak ternilai buat saya. Demikian pula sebaliknya.

Dan tahun ini kamipun bertemu. Allah telah mengabulkan keinginan saya yang terucap ditiap do'a padaNya. Mau tau perasaan saya ? Mungkin rangkaian foto2 ini bisa mengekspresikan bagaimana perasaan saya yang sesungguhnya. Semuanya ada di sini http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/album.php?aid=2015404&id=1012003754.

Mengutip kata2 bijaknya Andrea Hirata, bermimpilah dan Tuhan akan memeluk mimpi2mu..Itulah yang saya lakukan, bermimpi dan Allah telah menjawab semua mimpi saya....Terima kasih ya Allah, Alhamdulillah...




(FYI, Kue YamiYummy udah menembus selera orang bule lho karna ternyata bule aja bilang kue YamiYummy enak. Hehehe ga ada rekayasa lho ini testimonial yang jujur...)


(At this moment pen pal sounds so old fashioned, right ? Letter writing, once very popular, is now a hobby of a few. But when we looked at to the past, at the time when there were no sms, no e-mail, no you-tube or no internet, mail was such a very important thing to make contact with someone else especially someone from overseas.

I got my penpal from IYS (International Youth Service), a pen pal club located in Turku, Finland. IYS is no longer exist anymore as they can not find enough young people interested in penfriendship any more, so they have decided to close down the firm by 30th June 2008. It closed down after almost 60 years of life.

For me a pen pal means so much. We started our friendship although we never met before, never heard our voices before and even we didn't care about the differences that we had such as language, race, religion, vision, customs and traditions etc. We have our own language, friendship. When you learn how to connect with someone without regard for material wealth and physical attributes, you will realize that there’s not much different between people, even when one lives in a so little island and the other lives in the richest country in the world.

Julia is the best pen pal ever. Eventhough I came from the small country, even my english was so bad and eventhough I only knew 3 words of German, Ich Liebe Dich, but she showed me that friendship was too wonderful to share. Waiting for her letter was an unforgetable moment for me no matter how long.

And after 16 years, finnally we got a chance to meet each other, to express our feelings and have a chance to realize our dream, chat and eat ice cream together at the beach....

Thanks God for giving us this wonderful friendship and let us be in this way forever...)

0 komentar: